Sementara itu, akibat penutupan tersebut Ketua Gabungan Pengusaha Konstruksi Seluruh Indonesia (Gapensi) Jakarta Timur, Sutrisno Sianturi mengatakan pihaknya yang terhimpun dalam asosiasi kontraktor konstruksi telah berkirim surat ke Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung terkait kenaikan harga beton akibat penutupan tambang di Parung Kabupaten Bogor .
“Kami minta pak Gubernur Pramono Anung Arif menyikapi keadaan ini. Agar membuat kebijakan yang tidak merugikan para pihak. Sebab kami kontraktor terikat harga final dan tidak bisa menyesuaikan perubahan harga dari distributor," kata Sutrisno kepada awak media, Rabu (22/10).
Baca Juga:
Lubang Bekas Tambang di Kalimantan-Sulawesi Memprihatinkan, Bahlil Buat Aturan Ini
Sutrisno mengatakan para pengusaha konstruksi kuawatir tidak sanggup menyelesaikan kontraknya tepat waktu akibat terhambatnya rantai pasok bahan baku konstruksi/material bangunan yang selama ini didatangkan dari wilayah Jawa Barat.
“Selain kerugian karena kenaikan harga oleh distributor, juga kesulitan mendapatkannya. Begitu juga kemungkinan resiko akibat keterlambatan akan berdampak kena pinalti denda. Dan yang paling mengerikan itu bisa terancam di black list,” jelasnya.
Kekhawatiran ini semakin nyata karena pihaknya sudah mendapatkan pemberitahuan tertulis kendala produksi dan kenaikan harga yang cukup memberatkan kalangan industri semen dari 7 produsen Beton dan Batu dari semua jenis,” jelas Sutrisno.
Baca Juga:
Prabowo Apresiasi Kinerja Aparat, Tegaskan Komitmen Selamatkan Kekayaan Negara untuk Rakyat
PT Kokoh Inti Arebama Tbk yaitu salah satu perusahan yang memproduksi Readymix Jayamix by SCG juga menaikkan harga beton Rp70 rb hingga Rp100rb/m3 terhitung 01 Oktober 2025.
Surat yang ditujukan ke Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Kepala Dinas Bina Marga tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan atas perubahan harga tersebut sebagai penyesuaian biaya produksi, biaya angkut yang makin jauh dan potensi keterbatasan produksi.
Pengusaha Kontruksi di Bogor Juga Mengeluh