Bahan baku utama seperti tembakau dan cengkeh merupakan komponen vital yang menentukan kualitas dan cita rasa rokok kretek. Namun, ketersediaannya sangat bergantung pada kondisi cuaca, pola tanam petani, dan kebijakan perdagangan. Fluktuasi harga tembakau dan cengkeh menyebabkan ketidakstabilan biaya produksi.
Ketika harga bahan baku melonjak, pabrik menghadapi dilema antara menaikkan harga jual yang berisiko menurunkan permintaan, atau menahan harga dan menerima margin yang menipis. Oleh karena itu, diperlukan strategi kemitraan jangka panjang dengan petani untuk memastikan stabilitas pasokan dan harga bahan baku. Penguatan rantai pasok lokal serta diversifikasi sumber bahan juga menjadi kunci untuk mengurangi risiko pasokan.
Baca Juga:
Menhan Temukan Tantangan Baru Saat Tinjau SPPI di Lanud Kalijati
3. Persaingan dan Pergeseran Pasar
Selain tekanan internal, industri rokok dihadapkan pada persaingan eksternal dari produk alternatif seperti rokok elektrik dan vape. Pergeseran gaya hidup masyarakat, terutama generasi muda, menyebabkan sebagian konsumen berpindah ke produk yang dianggap lebih modern atau “lebih aman”. Selain itu, maraknya peredaran rokok ilegal yang menawarkan harga jauh lebih murah menjadi ancaman nyata bagi industri rokok legal.
Kondisi ini menuntut perusahaan untuk memperkuat diferensiasi produk, memperbaiki sistem distribusi, serta berinovasi dalam mengembangkan varian produk yang sesuai dengan preferensi konsumen tanpa melanggar regulasi yang berlaku.
Baca Juga:
Iuran AS Dihentikan, WHO Hadapi Tantangan Berat Jalankan Misi Kesehatan
4. Tantangan Keuangan
Kenaikan biaya bahan baku, cukai, dan biaya operasional menekan margin keuntungan pabrik rokok. Di sisi lain, peningkatan liabilitas dan beban bunga mengurangi fleksibilitas keuangan perusahaan. Kondisi ini menuntut efisiensi yang lebih tinggi, termasuk modernisasi lini produksi, digitalisasi sistem manajemen, dan pengetatan pengendalian biaya.
Perusahaan perlu memperkuat manajemen kas, melakukan perencanaan keuangan berbasis skenario, dan menjaga struktur modal yang sehat. Dengan demikian, pabrik dapat mempertahankan daya saing meskipun berada di bawah tekanan biaya dan fluktuasi pasar yang tinggi.