METROJAKARTANEWS.ID, Surabaya - Industri hasil tembakau di Indonesia memegang peran strategis dalam perekonomian nasional. Selain sebagai penyumbang besar bagi penerimaan negara melalui cukai, sektor ini juga menyerap jutaan tenaga kerja, baik di tingkat petani tembakau dan cengkeh maupun di pabrik pengolahan.
Namun, di tengah dinamika ekonomi dan regulasi yang semakin ketat, pabrik rokok dihadapkan pada berbagai risiko dan tantangan yang kompleks.
Baca Juga:
Menhan Temukan Tantangan Baru Saat Tinjau SPPI di Lanud Kalijati
Lima faktor utama yang kini menekan industri ini adalah regulasi yang semakin ketat, fluktuasi bahan baku, persaingan dari produk alternatif, tekanan keuangan akibat peningkatan beban operasional, serta isu ketenagakerjaan yang berimplikasi pada reputasi dan keberlanjutan usaha.
Artikel ini mengulas kelima tantangan tersebut secara mendalam serta menawarkan langkah strategis agar pabrik rokok di Indonesia dapat tetap bertahan dan beradaptasi dalam lanskap industri yang berubah cepat.
1. Tantangan Regulasi
Baca Juga:
Iuran AS Dihentikan, WHO Hadapi Tantangan Berat Jalankan Misi Kesehatan
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 menjadi tonggak baru bagi industri hasil tembakau. Regulasi ini memperketat batas usia pembeli rokok, membatasi iklan di media digital, dan melarang penjualan rokok eceran per batang. Kebijakan ini, meskipun bertujuan baik dalam konteks kesehatan masyarakat, memberikan tekanan signifikan terhadap volume penjualan pabrik rokok.
Selain itu, penyesuaian tarif cukai dan kebijakan Harga Jual Eceran (HJE) menciptakan dilema tersendiri. Pabrikan harus menaikkan harga untuk menutup beban cukai, tetapi di sisi lain berisiko kehilangan konsumen akibat daya beli yang melemah. Regulasi baru menuntut perusahaan untuk beradaptasi tidak hanya dengan kepatuhan administratif, tetapi juga strategi pemasaran dan operasional yang lebih inovatif.
2. Tantangan Bahan Baku