MetroJakarta.WAHANANEWS.CO - Sejumlah wilayah di Jakarta mengalami banjir selama berjam-jam sejak Selasa (28/1/2025) hingga Rabu (29/1/2025). Banjir tidak hanya menggenangi permukiman warga, tetapi juga melumpuhkan berbagai ruas jalan di ibu kota.
Ketinggian air bervariasi, mulai dari 30 hingga 100 sentimeter, menyebabkan aktivitas masyarakat terganggu dan perjalanan terhambat.
Baca Juga:
Banjir Lumpuhkan KBN Jakarta Utara, Jalan Cakung Cilincing Macet Parah
52 RT dan 22 Ruas Jalan Terendam
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta mencatat pada Rabu pagi bahwa 52 RT dan 22 ruas jalan terdampak banjir.
Jakarta Barat menjadi wilayah dengan jumlah RT terdampak terbanyak, mencapai 27 RT. Namun, pada Rabu malam sekitar pukul 22.00 WIB, genangan mulai surut, menyisakan 26 RT dan 2 ruas jalan yang masih tergenang air.
Baca Juga:
Gerak Cepat! PLN Bekasi Amankan Aliran Listrik di Wilayah Terdampak Banjir
Di Jakarta Barat, 22 RT yang terdampak tersebar di enam kelurahan, yaitu:
Cengkareng Barat: 2 RT
Duri Kosambi: 7 RT
Rawa Buaya: 4 RT
Pegadungan: 3 RT
Tegal Alur: 5 RT
Joglo: 1 RT
Sementara itu, di Jakarta Utara, banjir masih menggenangi 4 RT, yakni 1 RT di Kelurahan Rorotan dan 3 RT di Kelurahan Semper Barat.
Selain permukiman, dua ruas jalan juga terendam, yakni Jalan Muara Baru di Kelurahan Penjaringan dengan ketinggian air 20 cm serta Jalan Satria Raya di Kelurahan Jelambar yang tergenang hingga 30 cm.
Transportasi Terganggu
Banjir juga berdampak pada layanan transportasi. Jalur Commuter Line Kereta Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) sempat terendam, menyebabkan keterlambatan dan rekayasa pola operasi pada Selasa malam.
Namun, layanan kereta kembali beroperasi normal sejak Rabu pukul 05.00 WIB dengan keberangkatan dari Stasiun Manggarai.
Selain itu, beberapa rute Transjakarta dan Jak Lingko dialihkan guna menjaga keselamatan penumpang.
Keluhan Warga
Banjir yang merendam sejumlah kawasan menghambat aktivitas warga. Seorang pengemudi ojek online, Rio (23), mengaku terjebak banjir selama sembilan jam di Jalan Boulevard Utara, Kelapa Gading.
Ia tidak bisa pulang ke Tanah Merah, Jakarta Utara, karena semua akses tertutup air.
"Saya dari jam 2 malam di sini menunggu banjir surut. Semua jalan tergenang, dari Plumpang juga banjir," ungkap Rio.
Sementara itu, pedagang tahu keliling, Into (33), mengalami penurunan pelanggan akibat banjir. Biasanya, ia selalu mendapat pembeli di Jalan Boulevard Utara, tetapi akibat genangan air, dagangannya sepi peminat.
Desakan Kepada Pemerintah
Warga meminta pemerintah lebih serius menangani permasalahan banjir, terutama di wilayah langganan seperti Kelapa Gading. Rio berharap ada langkah konkret agar banjir bisa diatasi dengan lebih baik.
"Harapannya pemerintah lebih serius menangani banjir, karena dari dulu selalu begini," kata Rio.
Senada dengan Rio, Nopan (28), warga lainnya, meminta pemerintah meningkatkan upaya penanggulangan banjir.
"Ini musibah, tapi pemerintah harus lebih serius memperbaiki sistem pengendalian banjir di Jakarta," ujarnya.
Penyebab Banjir
BPBD Jakarta menyebut hujan ekstrem yang mengguyur ibu kota sejak Selasa malam menjadi penyebab utama banjir. Kepala Pusat Data dan Informasi BPBD Jakarta, Mohamad Yohan, mengatakan intensitas hujan yang tinggi menyebabkan saluran air tidak mampu menampung debit air, sehingga meluap ke permukiman dan jalan raya.
"Menurut informasi dari Dinas Sumber Daya Air (DSDA), saluran air di Jakarta mengalami overcapacity akibat hujan lokal yang sangat deras," jelas Yohan.
Selain curah hujan tinggi, banjir di Rorotan, Jakarta Utara, juga dipicu oleh air rob, sedangkan di Jakarta Timur disebabkan luapan Kali Cakung.
Respons Pemprov DKI Jakarta
Penjabat (Pj) Gubernur Jakarta, Teguh Setyabudi, menyatakan bahwa banjir kali ini terjadi akibat cuaca ekstrem. Ia mengacu pada data stasiun pengamatan hujan di Kemayoran yang mencatat curah hujan mencapai 368 milimeter, jauh di atas kapasitas sistem drainase Jakarta yang hanya mampu menampung 150 milimeter.
"Kami sudah mengantisipasi dengan menyiagakan pompa air dan memastikan saluran air tetap berfungsi. Namun, curah hujan yang sangat tinggi menyebabkan banjir tidak bisa dihindari," kata Teguh.
Meskipun demikian, ia mengklaim bahwa penanganan banjir kali ini lebih baik dibanding sebelumnya, karena air lebih cepat surut.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]