Metrojakartanews.id | Museum Wayang adalah salah satu museum yang paling populer di Jakarta. Letaknya berada di kawasan Kota Tua Jakarta.
Segala sesuatu tentang wayang, mulai dari histori, jenis hingga edukasinya ada di sini. Museum ini berlokasi di Jalan Pintu Besar Utara Nomor 27, Pinangsia, Kota Tua, Jakarta Barat.
Baca Juga:
Pratu J Tusuk Pengamen Hingga Tewas Terancam Bui 10 Tahun dan Dipecat dari TNI
Museum Wayang buka mulai dari hari Selasa sampai Minggu, pukul 09.00 – 17.00 WIB. Pengunjung hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp 5.000 per orang.
Untuk pelajar dikenakan tarif Rp 3.000. Sementara untuk anak-anak hanya dikenakan tarif Rp 2.000 per anak.
Tidak hanya melihat karya seni perwayangan, pengunjung juga bisa menyaksikan pergelaran Wayang yang dipandu oleh dalang profesional.
Baca Juga:
Jelang Tahun Baru 2023, Kota Tua Jakarta Dipadati Pengunjung
Kegiatan itu diadakan di hari Minggu mulai jam 10.00 WIB.
Sejarah Museum Wayang
Melansir dari situs resmi Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Museum Wayang mulanya merupakan gereja yang didirikan oleh kelompok kolonial Belanda VOC pada tahun 1640. Gedung ini kemudian diberi nama “de oude Hollandsche Kerk".
Pada tahun 1733 gereja tersebut mengalami perbaikan, dan namanya dirubah menjadi “de nieuwe Hollandsche Kerk".
Gedung ini kemudian beralih fungsi menjadi gudang milik perusahaan Geo Wehry & Co tahun 1912, sebelum kemudian pada 14 Agustus 1936 ditetapkan menjadi monumen.
Kemudian gedung ini dibeli oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yaitu lembaga yang menangani penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan.
Sebelum menjadi museum wayang, gedung ini juga pernah dijadikan museum dengan nama "de oude Bataviasche Museum" atau museum Batavia Lama pada tahun 1937.
Selanjutnya pada tahun 1957 diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI) dan sejak itu nama museum diganti menjadi Museum Jakarta Lama.
LKI kemudian menyerahkan gedung ini kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan pada akhirnya pada tanggal 23 Juni 1968 oleh Dirjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, gedung museum diserahkan kepada Pemerintah DKI Jakarta.
Interior Gedung
Bangunan Museum Wayang pertama kali dirancang oleh Ed Cuypers dan Hulswit, arsitektur kolonial Belanda di Indonesia.
Dilansir dari situs Sistem Registrasi Cagar Budaya, gedung ini dibuat bergaya Eropa tertutup dan Neo-Renaisans.
Bangunan Museum yang terdiri dari dua lantai ini memiliki denah persegi panjang, atap perisai memanjang, dan dinding bata yang dilapisi spesi dan dicat.
Wajah bangunan ini pada dasarnya terdiri dari dinding kayu dengan dengan bukaan-bukaan jendela dan pintu. Pada dinding fasade terdapat ornamen bergaya art deco.
Pintu masuk museum ini terdiri dari dua pintu yang bersebelahan. Bentuknya berupa konstruksi dinding berbentuk segitiga atau setengah yang kerap disebut tympanum. Selain itu di atasnya juga terdapat kanopi.
Apa Saja yang ada di Museum Wayang?
Museum Wayang sedikitnya mengoleksi lebih dari 4.000 buah wayang yang terdiri dari wayang kulit, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber dan gamelan.
Selain dari Indonesia, di museum ini juga terdapat mayang asal mancanegara.
Di lantai dasar, pengunjung bisa menemukan jenis wayang asal Indonesia seperti Wayang Orang dan Ondel-Ondel misalnya.
Selain itu di lantai satu juga terdapat makam Jan Pieterszoon Coen yang merupakan Gubernur-Jendral Hindia-Belanda yang keempat dan keenam.
Sementara itu di lantai dua, pengunjung akan menjumpai boneka tradisional dari berbagai negara seperti boneka dari Inggris, boneka Rusia, boneka pasangan Polski, boneka Thailand, dll. [jat]