Semakin dekat dengan lokasi pengolahan sampah RDF Plant Jakarta, baunya tambah menyengat. Masyarakat yang tidak biasa mencium aroma mirip pupuk kimia itu, dipastikan bakal kesulitan bernafas karena bau tak nyaman terdeteksi oleh indera penciuman.
Pengolahan sampah berbasis RDF diklaim sebagai solusi canggih menanggulangi penumpukan sampah. Metode ini mampu menghasilkan bahan bakar alternatif yang berasal dari sampah itu. Sampah-sampah yang sulit terurai seperti plastik, karet, kain, dan sejenisnya pun mampu terurai dengan mudah melalui cara ini.
Baca Juga:
Sampah di Gerbong Kereta, Cermin Buram Pengelolaan Limbah di Indonesia
Penjabat Gubernur Jakarta Teguh Setyabudi telah meninjau lokasi RDF Plant Jakarta itu pada awal tahun ini. Teguh mengatakan pembangunan pengolahan sampah sangat penting bagi pemerintah dan masyarakat Jakarta. Jika sesuai dengan kontrak awal, peresmian lokasi ini akan dilakukan pada 15 Februari mendatang.
“Kami akan melaporkan ke pemerintah pusat untuk diresmikan secara nasional dan pemerintah provinsi Jakarta sangat senang jika itu sudah dilakukan," kata Teguh melalui keterangan resminya, saat meninjau RDF Plant Jakarta, pertengahan Januari 2025.
Kapasitas pengolahan sampah RDF Plant Jakarta diklaim mencapai 2.500 ton per hari. Proyek ini digadang-gadang akan menghasilkan 875 ton bahan bakar alternatif setiap harinya dari hasil pengolahan sampah tersebut. Bahan bakar alternatif ini nantinya akan didistribusikan ke pabrik-pabrik semen untuk membantu proses produksi mereka.
Baca Juga:
Hari Peduli Sampah Nasional 2025: Kolaborasi Menuju Indonesia Bebas Sampah
Metode pengolahan jenis ini mencacah sampah dan mengeringkannya. Kemudian sampah-sampah akan dipilah untuk diolah secara terpisah, antara anorganik dan organik.
Sampah-sampah ini nantinya akan menjadi RDF serpihan yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif, biasanya dimanfaatkan oleh industri pabrik semen atau pembangkit listrik.
[Redaktur: Sutrisno Simorangkir]