MetroJakartaNews.id | PT PLN (Persero) berhasil membangkitkan geliat usaha toko kue dan roti Fingertalk yang dilakoni penyandang difabilitas, setelah sempat lumpuh diterpa pandemi Covid-19.
Toko yang berlokasi di Depok, Jawa Barat ini memang spesial. Seluruh kegiatan produksi hingga promosi digerakkan oleh sekelompok anak muda yang menyandang tuli.
Baca Juga:
Dihadiri Presiden RI, PLN Sukses Kawal Upacara HUT TNI ke-79 Tanpa Kedip di Monas
“Waktu PLN datang untuk survei, kami sungguh senang sekali. Seperti punya harapan baru terlebih untuk teman-teman tuli yang kehilangan kesibukan dan pekerjaan sejak pandemi,” ujar Lisma, Chief Financial Officer Fingertalk, Jakarta (30/7).
Hadirnya PLN Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Barat (PLN UIP JBB) melalui program PLN Peduli atau Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) terbukti membuahkan hasil.
Kini, toko dengan logo berwarna jingga itu tampak ramai dikunjungi pembeli. Di dalamnya, beberapa anak muda tengah melayani konsumen dan merapikan dagangan.
Baca Juga:
Dihadiri Presiden RI, PLN Sukses Kawal Upacara HUT TNI ke-79 Tanpa Kedip di Monas
Berbeda dengan toko roti lainnya, para anggota bekerja dalam diam, dan hanya berkomunikasi melalui isyarat tangan serta gerak bibir.
“Kami tidak bisa berbuat banyak. Teman-teman tuli juga jadi banyak yang tidak punya penghasilan sama sekali saat itu. Jadi bantuan dari PLN ini sangat berarti bagi kami,” imbuh Lisma.
Lisma menjelaskan, untuk mendukung usaha Fingertalk, bantuan PLN digunakan untuk menghidupkan kembali toko kue yang mati suri. Lisma dan timnya kembali mengundang dan mengajak teman-teman tuli untuk kembali bergabung.
Kali ini, pegawai menerima pelatihan keahlian dan keterampilan mulai dari membuat berbagai macam varian roti dan snack, juga cara berjualan yang baik. Dana bantuan juga digunakan untuk renovasi toko agar lebih representatif dan membuat nyaman konsumen yang berkunjung.
Contohnya seperti, Sabtu 23 Juli, mereka mulai berjualan untuk pertama kali. Lisma sempat menitikkan air mata melihat gigihnya perjuangan teman-teman tuli menjajakan di depan toko, sambil berusaha berteriak untuk menarik perhatian calon pembeli.
Tak disangka olehnya, toko roti dan kue ini mendapat respons baik dari pembeli. Hanya saja, ia juga harus terus-terusan mengingatkan para pekerja untuk tetap tenang.
“Orang difabel sering sangat minim rasa percaya diri, karena tidak banyak bergaul secara luas. Jadi ketika banyak pembeli datang, mereka panik sehingga tampak tidak tenang,” ujar Lisma.
Lisma pun tak lelah memberikan motivasi. Acap kali, dirinya berkali-kali menggerakkan tangan kanan di atas punggung tangan kiri sebagai bahasa isyarat “pelan-pelan” agar mereka tetap tenang.
“Setelah beberapa hari akhirnya membaik, semoga dengan pembiasaan dapat semakin prima dalam melayani,” ungkapnya.
Fingertalk merupakan komunitas difabel yang memiliki tujuan untuk menyediakan lapangan pekerjaan untuk mereka yang berkebutuhan khusus, terutama kelompok tuli.
Tercatat, sebanyak 74 persen orang tuli usia produktif di Indonesia tidak bekerja dikarenakan stigma sosial dan keterbatasan komunikasi. Ini yang menjadi penggerak Fingertalk untuk memberi mereka kesempatan dan bekal agar dapat terjun ke masyarakat nantinya.
Sayangnya, keterbatasan dana seringkali menjadi kendala yang menghambat gerakan sosial ini. Kehadiran PLN memberikan bantuan renovasi toko, peralatan pendukung serta pelatihan keterampilan menjadi oase bagi kesulitan yang mereka hadapi.
Saat ini, di lokasi toko kue dan roti juga terdapat tempat cuci motor dan mobil dengan seluruh pekerja dari teman-teman tuli Fingertalk.
“Ini juga sempat terancam kami tutup karena penghasilan sangat turun sejak pandemi. Tapi dengan adanya toko kue ini, kami sama-sama bertahan dan berjuang juga saling melengkapi,” imbuh Lisma.
Kolaborasi antara Fingertalk dan PLN ini diharapkan dapat terus memperluas kesempatan bagi kaum inklusi untuk mengasah keahlian dan keterampilan sehingga keterbatasan yang mereka miliki tidak lagi menjadi penghalang bagi mereka untuk terjun langsung di masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. [stp]