Pasalnya, selain sudah di apit pemukiman padat penduduk, akses masuk jalan utama sempit hanya sebuah gang lebar sekitar 1 meter dan sudah pasti langganan banjir tiap musim penghujan.
”Setiap hujan deras seperti kemarin, pasti gereja kita banjir. Karena memang lokasi gereja berada pada resapan air. Ibarat kuali, lokasi ini cangkoknya. Jadi air dari atas pasti mengucur ke gereja,” tambah Pnt. Sapto.
Baca Juga:
Cuaca Ekstrem Picu Krisis di Guizhou, Pemerintah Tiongkok Naikkan Status Darurat
Kondisi banjir di dalam gedung gereja GKI Bajem Ciracas setiap kali musim hujan dan intensitas hujan tinggi. [MetrojakartaNews.Id/Alpredo]
Oleh karena tidak memungkimkan lagi untuk dikembangkan, GKI Bajem Ciracas dibawah pembinaan GKI Palsigunung dan pendampingan dari klasis sepakat untuk merelokasi ketempat yang lebih layak.
Pada tahun 2007 GKI Bajem Ciracas membeli lahan pertapakan gereja di Jalan Asem RT 03 RW 04 Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Ciracas sekitar 600 m2.
Baca Juga:
Cuaca Ekstrem Siap Mengguyur RI, Ini Daftar Wilayah Terancam Banjir dan Longsor
Sejak tahun 2010 tanah pertapakan di Jalan Asem mulai dibangun sambil mengumpulkan tanda tangan persetujuan dari warga sekitar untuk izin rumah ibadah, kemudian selesai dibangun tahun 2018 dengan nama Griya Ciracas dan berhasil mendapatkan 55 tanda tangan persetujuan dari warga.
Semenjak masa pandemi Covid-19 berakhir pemerintah kembali mengizinkan aktivitas beribadah. Namun karena kondisi bangunan di gang Pusakesmas Ciracas yang terus mengalami kebanjiran, GKI Bajem Ciracas untuk pertama kalinya melakukan ibadah di Griya Ciracas jalan Asem pada tanggal 26 Februari 2022.
Sayangnya aktivitas peribadatan di Griya Ciracas tidak berlangsung lama. Tepatnya pada tanggal 20 Maret 2023, pemerintah Kota Jakarta Timur melakukan penyegelan Griya Ciracas dengan dasar tidak sesuai IMB/PBG atau persetujuan bangunan gedung (PBG) dan tidak sesuai sertifikat layak fungsi (SLF) bangunan. Kegiatan beribadah juga dilarang sampai sekarang.