Dia menambahkan, majunya suatu bangsa ditentukan oleh dedikasi, ketulusan, komitmen dari pemimpinnya untuk bekerja keras serta jujur demi kemajuan NKRI. Untuk itu, sifat nasionalisme dan menjunjung Pancasila serta UUD’ 45, juga kecintaan kepada bangsa dan negara merupakan hal yang mutlak.
Negeri ini butuh sosok pemimpin yang kuat dan mencintai rakyatnya dengan penuh ketulusan. Bukan pemimpin arogan yang belum apa-apa sudah mengklaim dirinya majikan dan rakyat Indonesia seolah budaknya.
Baca Juga:
Pemohon Uji Materi UU Pemilu Desak Percepatan Pelantikan Presiden Terpilih
“Memang saat ini baru satu orang yang dideclare sebagai Capres. Namun, berkaca pada apa yang dilakukan selama menduduki jabatan strategis, rasanya sangat tidak pas. Coba saja lihat ketika menjadi Mendikbud, pertanggungjawaban dana Frankfurt Book Fair 2015 sebesar Rp146 miliar, tidak jelas. Bahkan KPK bak macan ompong dalam mengusut kasus ini,” ucap Putri keras.
Demikian juga saat memimpin Ibu Kota. Putri menyebut, dugaan penyelewengan dananya begitu besar dengan item-item yang mengada-ngada, seperti lem aibon, pulpen, peti mati, dan lainnya. Bahkan, gelaran Formula E yang dipaksakan, tidak jelas laporannya.
“Jangankan menjadi Presiden, menjadi bakal capres pun rasanya tidak layak. Apakah kita mau memilih pemimpin seperti itu? Apalagi para pendukungnya nampak begitu arogan dan gemar merendahkan sesamanya,” tukas Putri.
Baca Juga:
Mahfud MD: Saya Lebih Baik dari Prabowo-Gibran, tetapi Rakyat Lebih Percaya Mereka
Seperti yang terjadi pada aksi demo pendukung Capres AB yang dengan lantang berteriak, “Kami adalah majikan kalian. Kami adalah pemilik bangsa. Kami adalah pemilik kedaulatan Indonesia.”
Dia menambahkan, di media-media sosial bisa dilihat ada indikasi upaya dari pendukung Capres ini untuk merubah dasar negara. “Indonesia bisa lenyap. Jerih lelah para pahlawan bakal tinggal kenangan saja,” jelasnya.
Putri mengingatkan, kekuasaan di tangan orang yang tidak bertanggung jawab akan menjadi tirani yang berpotensi menghancurkan negeri elok ini.