"Sebagai manusia, saya mengakui masih terus belajar dan belajar, berlatih dan berlatih agar saya, sabar, sabar dan sabar sesuai nama saya, Sabar Martin Sirait. Dalam hati jujur, jujur dan jujur serta bagaimana agar 24 jam sehari menjadi garam dan terang lantaran sudah tua beginipun belum lulus, belum tamat," ungkapnya.
Pegiat lingkungan dan pemerhati pembangunan Tapanuli yang juga Sekjen Yayasan Putera-Puteri Tapanuli itu menyebutkan, secara pribadi sangat berterima kasih kepada pimpinan inti, dan semua aktivis Forum Percepatan Provinsi Tapanuli (FPPT) maupun para rekan wartawan, khususnya ketua umum dan unsur ketua serta Sekjen dan unsur kesekjenan
Baca Juga:
Mendagri Ganti Kadis Dukcapil di Seluruh Daerah
Sabar mengungkapkan tetap yakin dan berupaya berpartisipasi, diminta atau tidak. Namun dalam pemikirannya, bagaimana agar Protap sedini mungkin berdiri. Bukan untuk membangun kekuasaan birokrasi yang bersifat Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Apalagi Suku Batak telah terdidik oleh adat budaya sama tinggi dan sama- sama ada dalam waktu rendah, tercermin dalam "Dalihan Na Tolu" tetapi membangun institusi negara dan pemerintahan yang sangat produktif melayani rakyat yang berdaulat dalam lingkungan hidup yang sangat bersih dan sangat lestari.
"Jujur, saya juga pernah sekolah dan berpendidikan hingga jenjang doktor hanya untuk mengerti makna kehidupan mampu merumuskan dan merancang goal, outcomes, outputs dan inputs dengan indikator kuantitatif dan kualitatif bersama tim ahli yang sungguh-sungguh terampil, jujur, jujur dan jujur di bidangnya," katanya.
Baca Juga:
Pemekaran Wilayah di Jabar Terkendala Moratorium
Selain itu, ujarnya, mengutamakan keyakinan dan beriman dan selama hidup selalu akan berjuang agar Provinsi Tapanuli diharapkan menjadi garam dan terang untuk masyarakat Batak, terutama terang untuk Indonesia.
"Kita harapkan kelak di Provinsi Tapanuli nantinya, no narkoba, no pelacuran, no perjudian, no pelanggaran hukum pidana-perdata, no perceraian dan motto budaya dalihan natolu secara realita, sangat priduktif, secara sosio kulturaĺ dan sosio ekonomi," tegas Sabar.
Diakhir pembicaraan, DR. Sabar Martin Sirait mengingatkan, sebagai manusia beradat yang berbeda dengan yang di hutan belantara, tunjukkan diri sebagai manusia punya etika moral. Bersama-sama berjuang, karena dengan kebersamaan pasti kita maju dan jaya.