Oleh YUKIE H. RUSHDIE
Baca Juga:
Kepala Daerah Dipilih DPRD? Menata Ulang Demokrasi Secara Bermartabat
KEMACETAN mengular ketika atas nama “rakyat” dan “demokrasi” sekelompok pengunjuk rasa memblokir jalan protokol.
Ada rasa masygul, juga bimbang.
Di satu sisi, rakyat diminta untuk bersimpati karena “nama”-nya dipinjam pada aksi mereka.
Baca Juga:
KPU Sulut Berkomitmen Tingkatkan Kualitas Pertanggungjawaban Keuangan Secara Akuntabel di Masa Depan
Pada sisi lain, entah berapa banyak lagi “rakyat” yang mengalami kerugian karena aksi itu, baik yang terlambat masuk kantor atau diomeli pelanggan gegara pesanannya telat diantar.
Sudah sebegitu tidak percaya dirinyakah para aktivis unjuk rasa di zaman sekarang?
Kalau memang isu yang mereka usung untuk berunjuk rasa itu betul-betul mewakili kepentingan rakyat, bukankah mereka tak harus bertindak seperti demikian hanya demi menarik perhatian?