METROJAKARTANEWS.ID, Jakarta | Kepala Suku Dinas (Kasudin) Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Timur, Abdul Rauf Gaffar, menjadi sorotan terkait pekerjaan konstruksi saluran Jl. Pulomas Utara, Kayu Putih.
Bahkan, disebut-sebut, Kasudin terancam dilaporkan ke aparat penegak hukum (APH) karena tidak tegas mengambil tindakan terhadap penyedia yang diduga mengerjakan proyek tidak sesuai spesifikasi.
Baca Juga:
Pasar Inpres Senen Blok VI Segera Dibangun
Sebelumnya, Rauf didesak membongkar ulang saluran uditch yang telah ditinggalkan penyedia PT. Putra Sanggul Mas di Jl. Pulomas Utara, Kayu Putih, Jakarta Timur.
Desakan datang dari masyarakat sekitar dan kalangan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Pasalnya anggaran yang bersumber dari APBD DKI 2024 tersebut diduga tidak terserap dengan baik sesuai rencana awal dan kontrak.
Masyarakat sekitar menuding proyek saluran tersebut tidak memiliki manfaat. "Hanya untuk menghabiskan anggaran saja," ujar salah satu warga, mengaku bernama Zainal kepada wartawan beberapa waktu lalu di lokasi proyek.
Baca Juga:
Biaya Rehab Gedung Kantor Sudin LH Jakut Diduga Mark-up, KPK Kemana?
Ia membeberkan bahwa ia memperhatikan pekerja saat memasang uditch. Menurutnya, uditch dipasang tidak rata, tampak tidak saling mengunci.
"Pemasangan uditch dari hulu ke hilir cenderung naik turun sehingga berpotensi menyumbat dan bakal terjadi genangan air ketika musim penghujan," beber Zainal.
Pegiat anti korupsi, Ketua LSM / NGO Jaring Pelakanan Antisipasi Keamanan (Jalak) mengatakan menemukan adanya dugaan praktek penyimpangan yang dilakukan pelaksana proyek.
"Ada indikasi pengerjaan proyek saluran tersebut tidak sesuai spesifikasi," jelas Kampanye kepada awak media di Lingkungan Kantor Kejaksaan Negeri Jakarta Timur, Jumat (1/11/2024).
Lebih detail, Kampanye menyebut sejumlah temuan tumnya di lapangan saat pengerjaan proyek. Diantaranya, PT. Putra Sanggul Mas tidak menerapkan K3 konstruksi. Para pekerja tidak mengunakan alat pelindung diri (APD).
"Anggaran senilai Rp.20 juta tidak dilaksanakan dan ada dugaan dikorupsi,"
Temuan lainnya, pengecoran beton K-250 diduga tidak dikerjakan sesuai volume. Hanya menggunakan beton adukan manual bercampur tanah bekas galian.
"Kuat dugaan, anggaran senilai Rp.46.500.000," ini juga dikorupsi," tambahnya.
Selain itu, katanya, anggaran pagar pengamanan proyek (PPDU) sebesar Rp.47.250.000 diduga kuat juga diselewengkan. Di lokasi proyek hanya ditemukan terpasang hanya 9 lembar.
Dilanjutkan, pemasangan saluran Box Culvert ukuran 800x800 mm diduga tidak sesuai spesifikasi dan volume yang ada dikontak.
"Kami mendapatkan informasi, jumlah box culvert yg terpasang hanya 9 pcs dengan ukuran 600x600 mm," ungkap Kampanye.
Dalam penelusuran bersama tim, Kampanye mengaku mendapat informasi dari sejumlah warga sekitar yang menyebut ada dugaan pegerjaan konstruksi saluran tidak menggunakan lantai kerja.
"Sewaktu mengerjakan proyek terkesan tergesa-gesa menutupi kekurangan yang terjadi," paparnya.
Selain itu, pengawasan pelaksanaan proyek disebut sangat lemah. Konsultan pengawas serta pengawas internal dari Sudin SDA Jakarta Timur diduga jarang ada di lokasi proyek. Sehingga pelaksana leluasa bekerja sesuai kemauannya.
Kampanye pun mendesak proyek agar segera dibongkar ulang. "Proyek yang telah selesai dilaksanakan PT. Putra Sangul Mas
itu layak dibongkar kembali," tegas Kampanye.
Ia juga menduga tidak semua pasir urug di pasang pada bantalan uditch. "Padahal, dalam spek e katalog, (pasir) harus dipasang 5 cm," pungkas Kampanye.
Beredar juga informasi bahwa ada dugaan praktek monopoli penunjukan satu merk precast uditch di Sudin SDA Jakarta Timur. "Semua proyek uditch harus satu merk," ujar sumber yang tidak mau namanya disebut di berita.
Penunjukan merk, kata sumber, diduga atas perintah oknum pejabat Sudin SDA Jakarta Timur.
Ketika dikonfirmasi, Kepala Seksi Pembangunan dan Peningkatan Drainase Suku Dinas SDA Jakarta Timur, Tenkgku Saugi Zikri belum memberikan tanggapan.
Demikian juga Kasudin Rauf, belum dapat ditemui wartawan untuk dikonfirmasi.
[Editor : Sahala Pangaribuan]