METROJAKARTA.WAHANANEWS.CO - Paradigma pengelolaan sampah perlu diubah, dan perubahan tersebut harus dimulai dari hulu.
Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, mengatakan bahwa berdasarkan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), DKI Jakarta menghasilkan 8.607 ton sampah per hari pada tahun 2023. Jumlah ini berpotensi berubah hingga saat ini.
Baca Juga:
DLHK Jateng: 36 TPA di Kabupaten/Kota Masih Gunakan Sistem Open Dumping
Informasi lainnya adalah tingkat pengelolaan sampah di Jakarta sudah 99,9 persen. Tetapi, 86,69 persen atau 7.462 ton sampah bergantung pada Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang.
Akibatnya membebani kapasitas dan menyebabkan sampah lebih banyak ditimbun di landfill atau tempat pembuangan akhir.
"Idealnya yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) itu hanya residu sampah saja,’’ kata Hanif saat menjadi pembina upacara apel kesiapan Aksi Implementasi Road Map Pengelolaan Sampah Jakarta di Jakarta Utara pada Senin (17/2/2025).
Baca Juga:
Bandung Serius Tangani Sampah, Siap Musnahkan 500 Ton Sehari
Dia menjelaskan TPST Bantargebang merupakan TPA paling besar di Indonesia dan telah beroperasi sejak 1989. Berdiri di atas lahan seluas 110,3 Ha, hingga saat ini jumlah timbunan sampah yang telah menumpuk di TPST Bantargebang sekitar 55 juta ton. Dengan ketinggian timbunan mencapai 45 sampai 50 meter.
Hanif mengatakan, pengelolaan sampah di Jakarta perlu diubah. "Dari pola business as usual yang hanya mengandalkan TPA, menuju penguatan pengelolaan sampah di hulu," katanya.
[Redaktur: Sutrisno Simorangkir/JawaPos]