METROJAKARTA.WAHANANEWS.CO - Endang (34), yang akrab disapa Aceng, adalah seorang porter atau tukang angkut barang di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Ia telah menjalani profesi ini selama 10 tahun dan setiap hari mengangkut karung atau bal seberat puluhan kilogram.
Menjadi porter tak pernah ada di dalam benaknya. Sebelum menjadi porter, Aceng merupakan penjaga toko di Pasar Tanah Abang. Namun hal tersebut tak berlangsung lama lantaran pemilik toko mengalami kebangkrutan. Alhasil, mau tak mau ia menjadi porter supaya dapur tetap ngebul.
Baca Juga:
Terduga Pelaku Pembuang Bayi di Jakpus Diamankan Polisi
Menjadi porter membutuhkan fisik yang prima. Hal itu lantaran ia mesti mengangkut beban yang berat. Selain itu, ia harus melewati medan yang menantang seperti menembus kemacetan.
Namun, bayaran Aceng bisa dibilang tak sebanding dengan pekerjaan berat yang dilakoninya. Untuk sekali angkut 1 karung atau bal, ia menerima bayaran antara Rp 40 ribu hingga Rp 70 ribu.
"Tergantung gimana kebijaksanaan orang toko, ada yang ngasih Rp 45 ribu, Rp 50 ribu, terus ada yang Rp 70 ribu untuk 1 karung. Kita nggak bisa mematok harga karena kita kan juga mencari langganan. Kalau kita mematok harga, nanti tokonya pada nggak mau ngangkut ke kita," katanya melansir detikcom, Jumat (7/2/2024) lalu.
Baca Juga:
Pengelola Pasar Blok A Tanah Abang: Utamakan Transaksi Non Tunai
Aceng mengatakan, ia bisa saja mengangkut 7 hingga 8 bal sehari. Jika itu tercapai, maka ia bisa membawa pulang uang sekitar Rp 300 ribu. Menurutnya, uang tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, jajan untuk dua anaknya hingga sedikit menyisihkan untuk tabungan.
Tentu saja, itu tergantung dari jumlah order pemilik toko. Jika sedang sepi, kata dia, paling tidak cukup untuk makan sehari-hari.
"Ada aja sih ya Rp 300 ribu bisa kita sisihkan buat tabungan. Kalau lagi dapat kecil ya buat makan dan sehari-hari saya dan keluarga," katanya.
Porter lain, Sam (31) mengaku, mendapatkan upah sekitar Rp 35 ribu hingga Rp 60 ribu untuk sekali angkut bal. Namun, dia bercerita, kini jasa porter kian lama mulai ditinggalkan oleh pemilik toko di Tanah Abang.
Hal ini lantaran pihak toko sudah mempunyai troli sendiri dan karyawan lebih, sehingga pemilik toko lebih memanfaatkan karyawannya untuk mengangkut barang.
"Toko kadang sudah jarang menyuruh porter. Karena karyawannya yang ngangkut barang. Kan kalau porter dia mengeluarkan duit Rp 35 ribu, kadang Rp 50 ribu," katanya.
Jasa angkut barang dari toko ke tempat ekspedisi di Pasar Tanah Abang tidak hanya berkaitan dengan porter. Dalam jasa angkut mengangkut ini ada peran dari pemilik troli. Biasanya, para porter menggunakan troli dari para pemilik troli ini.
Salah seorang pemilik persewaan troli, Iman (60) menceritakan awal mula dirinya menyewakan troli kepada para porter. Awalnya, troli itu untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Iman sendiri dulunya juga seorang porter.
Dari situ, kemudian ia memiliki ide untuk mendapatkan uang tanpa mengeluarkan tenaga lebih dengan membuka persewaan troli. Ia melihat ada peluang besar dari persewaan tersebut.
"Sebelum jadi penyewa troli, saya tahun 81 itu saya porter, cuma daripada saya sewa mending saya bikin sendiri. Saya pakai buat sendiri. Terus kepikiran lagi untuk nambah satu lagi, nambah lagi hingga sekarang," katanya.
Saat ini, Imam mempunyai 12 troli besar dan 20 troli kecil yang ia sewakan kepada para porter. Bagi porter yang ingin menyewa troli di tempatnya, Iman mengenakan biaya Rp 5 ribu untuk satu kali angkut karung, baik untuk troli besar maupun kecil.
Dari persewaan tersebut, ia kini bisa menghasilkan Rp 300 ribu per hari tanpa harus mengeluarkan tenaga yang lebih besar. "Per hari ini bisa Rp 300 ribu, kadang bisa Rp 500 ribu kalau memang lagi rame porter yang ngangkut barangnya," katanya.
Selain itu, Imam juga menerima pesanan pembuatan troli dari toko-toko di Tanah Abang. Untuk harga 1 troli roda besar ia mematok harga Rp 650 ribu, sementara untuk troli roda kecil dipatok harga Rp 500 ribu.
[Redaktur: Sutrisno Simorangkir/detikcom]